Selasa, 20 Juni 2017

Rangkuman Hasil Kerja Praktek

MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN
DRUM BRAKE TIPE FRONT DI PT. BRAJA MUKTI CAKRA

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma


Latar Belakang
Kecepatan proses produksi lini perakitan ditentukan berdasarkan aktivitas produksi disetiap stasiun kerja. Kecepatan proses produksi dapat dicapai dengan menyeimbangkan tugas yang diberikan pada operator atau mesin dalam merakit suatu produk. Serangkaian proses dalam lini perakitan memiliki waktu proses yang berbeda di setiap stasiun kerja sepanjang lintasan produksi. Hal ini dikarenakan setiap stasiun kerja memiliki beban kerja berbeda, sehingga stasiun kerja yang memiliki kecepatan proses yang singkat harus mengalami waktu menganggur dan sebaliknya stasiun kerja yang memiliki kecepatan waktu proses yang lambat akan mengalami penumpukan. Memaksimalkan kecepatan waktu proses di setiap stasiun kerja agar dicapai efisiensi kerja yang tinggi di tiap stasiun kerja dibutuhkan suatu metode yaitu keseimbangan lini.
Keseimbangan lini adalah upaya meminimumkan ketidakseimbangan antara mesin mesin atau personil untuk mendapatkan waktu yang sama di setiap stasiun kerja sesuai dengan kecepatan produksi yang diinginkan. Fungsi keseimbangan lini adalah membuat suatu lintasan yang seimbang. Tujuan pokok dari penyeimbangan lintasan adalah meminimumkan waktu menganggur pada lintasan yang ditentukan oleh operasi yang paling lambat.
PT. Braja Mukti Cakra adalah pabrikan komponen spesialisasi pembuatan bagian Original Equipment For Manufactuter (OEM) berkenaan dengan mobil. Salah satu produk yang dihasilkan adalah drum brake berfungsi untuk menimbulkan gaya gesekan antara kampas dan tromol pada waktu pengereman sehingga kecepatan kendaraan dapat diperlambat atau dihentikan. Penggunaan konsep keseimbangan lini pada stasiun kerja di bagian lini perakitan diharapkan membantu PT. Braja Mukti Cakra memaksimalkan kecepatan waktu proses di setiap stasiun kerja agar dapat menghasilkan produk sesuai dengan kecepatan yang diinginkan.



Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah penulisan ilmiah ini tentang bagaimana memaksimalkan efisiensi lintasan pada proses pembuatan drum brake di PT. Braja Mukti Cakra dengan metode keseimbangan lini lintas perakitan.

Pembatasan Masalah
Penyusunan pembatasan masalah bertujuan agar penelitian terhadap data lebih fokus dan tidak menyimpang dari pembahasan yang dimaksud. Terdapat beberapa batasan pada ruang lingkup penelitian yang disusun yaitu.
1.      Pengambilan data dilakukan di PT. Braja Mukti Cakra yang berlokasi di Harapan Jaya, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat 17124.
2.      Pengambilan data dilakukan tanggal 05 September 2016 – 05 Oktober 2016.
3.      Penelitian yang dilakukan hanya berfokus pada proses perakitan drum brake tipe front.
4.      Penelitian yang dilakukan hanya mengambil data keseimbangan lini pada proses perakitan drum brake tipe front.
  
Tujuan Penulisan Ilmiah
Mengidentifikasi keseluruhan yang ingin dicapai melalui penelitian. Berikut tujuan yang akan dicapai dalam penulisan ilmiah konsep keseimbangan lini pada PT. Braja Mukti Cakra adalah sebagai berikut.
1.      Mempelajari proses perakitan drum brake tipe front pada PT. Braja Mukti Cakra.
2.      Mempelajari keseimbangan lini proses perakitan drum brake tipe front pada PT. Braja Mukti Cakra.
3.      Mengetahui rata rata kecepatan waktu proses perakitan drum brake tipe front pada PT. Braja Mukti Cakra.

Hasil Produksi
        Drum Brake atau rem tromol adalah mekanisme rem yang konvensional artinya sifat produk yang dibuat dikerjakan berdasarkan ketentuan sehingga proses kegiatan dapat berjalan dengan baik. Produk drum brake berfungsi menimbulkan gesekan yang dapat memperlambat laju mobil.
Jenis Drum Brake yang dirakit di PT. Braja Mukti Cakra terdiri dari dua jenis yaitu front wheel brakes dan rear wheel brakes. Perbedaan kedua tipe tersebut terletak pada katup pengimbang atau dikenal sebagai bundy cap. Proses kerjanya kampas rem akan menjepit piringan cakram sehingga laju mobil dapat berkurang, kampas berada dalam rumah tromol akan menekan keluar. Rumah tromol berputar bersama roda belakang, ketika pedal ditekan maka gaya hydraulic dari master cylinder yang disalurkan akan membuat piston pada rem tromol bergerak, gerakan piston tersebut yang akhirnya dapat membuat mobil berhenti.

Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Rancangan sistem keseimbangan lini PT. Braja Mukti Cakra menjelaskan penjabaran aktivitas dan total waktu proses yang dibutuhkan mulai dari awal sampai dengan akhir proses di setiap srasiun kerja. Penetapan 10 stasiun kerja yang dirancang PT. Braja Mukti Cakra merupakan penyesuaian sistem untuk menyeimbangkan kinerja perangkat pemrosesan sehingga tidak menghambat kerja sistem secara keseluruhan. Penyesuaian masih dilakukan sebab lini perakitan drum brake PT. Braja Mukti Cakra masih tergolong sangat baru beroperasi, sehingga masih memerlukan proses untuk menetapkan sistem yang akan digunakan lebih lanjut.
Tabel 1 Data Hasil Pengamatan
ST
Cycle Time
(detik/unit)
10
63,35
20
38,04
30
39,05
40
81,62
50
12,19
60
86,55
70
31,44
80
38,08
90
27,5
100
7,48
440,36

Cycle Time (Waktu Siklus)
Cycle Time atau waktu siklus adalah waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit produk mulai dari awal proses sampai dengan proses akhir. Berikut perhitungan waktu siklus target produksi lini perakitan.
Target Produksi                       = 240 unit/shift
CT (Cycle Time)  Perusahaan  =  2 menit/unit  120 detik/unit
            Waktu siklus menunjukan waktu 120 detik/unit artinya target produksi lini perakitan untuk memproduksi drum brake membutuhkan waktu 120 detik/unit. Waktu siklus lini perakitan juga dapat diketahui berdasarkan waktu stasiun kerja terlama. Berdasarkan penjabaran tabel standar kerja diperoleh waktu stasiun kerja terlama ada pada ST-60 yaitu shoe assembly station dengan waktu 86,55 detik/unit. Waktu pengerjaan setiap stasiun diperoleh dari penjabaran aktivitas yang terdapat pada kegiatan yang dilakukan disetiap stasiun kerjanya.
            Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan waktu siklus yang digunakan sebagai penyeimbang lintasan adalah 86,55 detik/unit berdasarkan waktu stasiun kerja terlama dan 120 detik/unit merupakan target waktu produksi lini perakitan untuk memproduksi satu unit produk.

Takt Time
Takt time adalah kecepatan yang harus dicapai untuk memproduksi sebuah produk guna memenuhi permintaan. Penerapan penentuan takt time dapat dipakai untuk merencanakan penyediaan produk, menghindarkan dari pemborosan akibat produksi yang berlebihan, membangun sistem dan cara bekerja yang standar sehingga meningkatkan mutu dan efisiensi dan memungkinkan untuk menetapkan target waktu yang tepat untuk produksi dengan cara memberikan gambaran yang jelas mengenai waktu yang harus dicapai untuk menghasilkan suatu produk.
Tabel 2 Order List Harian PT. BMC Periode September 2016
Tanggal
Jumlah
Produksi
Tanggal
Jumlah
Produksi
1
90
16
-
2
84
17
-
3
-
18
-
4
-
19
-
5
114
20
-
6
90
21
-
7
114
22
-
8
84
23
60
9
60
24
-
10
-
25
-
11
-
26
108
12
-
27
84
13
84
28
120
14
114
29
120
15
90
30
150
Total keseluruhan permintaan produksi produk drum brake tipe front perusahaan PT. Braja Mukti Cakra untuk periode 1 September – 30 September 2016 berjumlah 1.566 unit produk. Berikut penilaian waktu maksimum untuk menilai kecepatan lini proses perakitan.
Tabel 3 Perhitungan Nilai Takt Time
Tanggal
Takt Time
(detik/unit)
Tanggal
Takt Time
(detik/unit)
1
280,2
16
-
2
278,4
17
-
3
-
18
-
4
-
19
-
5
220,8
20
-
6
280,2
21
-
7
220,8
22
-
8
300
23
390
9
390
24
-
10
-
25
-
11
-
26
233,4
12
-
27
300
13
300
28
210
14
220,8
29
210
15
280,2
30
156
Nilai takt time dapat diperhitungkan dengan mengetahui data waktu kerja bersih yang tersedia dan order list perusahaan setiap harinya. Waktu kerja bersih yang tersedia hari senin sampai dengan kamis diketahui sebesar 420 menit dari total waktu kerja 8 jam (480 menit) dikurangi dengan waktu istirahat 1 jam (60 menit).
Waktu kerja bersih yang tersedia hari jumat sebesar 390 menit dari total waktu kerja 8 jam (480 menit) dikurangi dengan waktu istirahat 1,5 jam (90 menit). Berikut contoh perhitungan nilai takt time.
Tanggal 1 September 2016 PT. Braja Mukti Cakra mendapat order dari perusahaan lain sebesar 90 unit produk drum brake tipe front. Diketahui waktu kerja bersih yang tersedia sebesar 420 menit.
/unit  280,2 detik/unit
Kecepatan lini perakitan harus memenuhi waktu takt time agar dapat memenuhi permintaan. Artinya setiap 280,2 detik/unit harus menghasilkan suatu unit produk dan jika waktu menghasilkan satu unit produk lebih dari nilai takt time sebesar 280,2 detik/unit, maka dapat mengakibatkan gagalnya pencapaian target produksi pada hari tersebut.

Pengukuran Perbandingan Cycle Time dan Takt Time
Takt time adalah waktu yang harus dicapai oleh lini perakitan untuk memenuhi jumlah unit yang diminta oleh pelanggan. Cycle time atau waktu siklus adalah waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit produk mulai dari proses awal hingga proses paling akhir. Takt time dan cycle time adalah hal yang berbeda berbeda, namun perhitungan nilai perbandingan nilai takt time dan cycle time dapat mengetahui permasalahan yang terjadi pada lini perakitan.
 PT. Braja Mukti Cakra adalah perusahaan yang memproduksi produk drum brake. Perusahaan mendapat pesanan sebanyak 90 unit produk drum brake tipe front untuk periode 1 September 2016. Memenuhi jumlah pesanan produk drum brake sebanyak 90 unit perusahaan harus memperkirakan waktu yang tepat untuk menyelesaikan pesanan yang diminta oleh konsumen dengan membandingkan waktu takt time dan cycle time
Tabel 4 Perbandingan TT dan CT Periode
1 September 2016
ST
Takt Time
(detik/unit)
Cycle Time
(detik/unit)
10
28,02
63,35
20
28,02
38,04
30
28,02
39,05
40
28,02
81,62
50
28,02
12,19
60
28,02
86,55
70
28,02
31,44
80
28,02
38,08
90
28,02
27,5
100
28,02
7,48
280,2
440,36
Berdasarkan data diatas (Tabel 4.13) diketahui jumlah stasiun untuk menyelesaikan proses perakitan produk drum brake terdiri dari 10 stasiun. Waktu yang harus dicapai oleh lini perakitan untuk memenuhi jumlah unit yang diminta oleh pelangan adalah 280,2 detik/unit, sehingga diperkirakan waktu maksimum disetiap stasiun adalah 28,02 detik/unit. Waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit produk berdasarkan pengamatan secara langsung ST-10 sebesar 63,35 detik/unit. ST-20 sebesar 38,04 detik/unit. ST-30 sebesar 39,05 detik/unit. ST-40 sebesar 81,62 detik/unit. ST-50 sebesar 12,19 detik/unit. ST-60 sebesar 86,55 detik/unit. ST-70 sebesar 31,44 detik/unit. ST-80 sebesar 38,08 detik/unit. ST-90 sebesar 27,5 detik/unit. ST-100 sebesar 7,48 detik/unit. Total keseluruhan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit produk mulai dari proses awal sampai dengan proses akhir adalah 440,36 detik/unit.
ST-10 nilai takt time (28,02) ˂ cycle time (63,35) maka harus dilakukan lembur atau over time karna kemampuan operator merakit unit produk lebih lambat daripada waktu yang diminta oleh customer. ST-20 nilai takt time (28,02) ˂ cycle time (38,04) maka harus dilakukan lembur atau over time karna kemampuan operator merakit unit produk lebih lambat daripada waktu yang diminta oleh customer. ST-30 nilai takt time (28,02) ˂ cycle time (39,05) maka harus dilakukan lembur atau over time karna kemampuan operator merakit unit produk lebih lambat daripada waktu yang diminta oleh customer. ST-40 nilai takt time (28,02) ˂ cycle time (81,62) maka harus dilakukan lembur atau over time karna kemampuan operator merakit unit produk lebih lambat daripada waktu yang diminta oleh customer. ST-50 nilai takt time (28,02) ˃ cycle time (12,19) maka operator akan menganggur karna kemampuan operator merakit unit produk lebih cepat dari waktu yang diberikan customer. ST-60 nilai takt time (28,02) ˂ cycle time (86,55) maka harus dilakukan lembur atau over time karna kemampuan operator merakit unit produk lebih lambat daripada waktu yang diminta oleh pelanggan. ST-70 nilai takt time (28,02) ˂ cycle time (31,44) maka harus dilakukan lembur atau over time karna kemampuan operator merakit unit produk lebih lambat daripada waktu yang diminta oleh customer. ST-80 nilai takt time (28,02) ˂ cycle time (38,08) maka harus dilakukan lembur atau over time karna kemampuan operator merakit unit produk lebih lambat daripada waktu yang diminta oleh customer. ST-90 nilai takt time (28,02) ˃ cycle time (27,5) maka operator akan menganggur karna kemampuan operator merakit unit produk lebih cepat dari waktu yang diberikan customer. ST-100 nilai takt time (28,02) ˃ cycle time (7,48) maka operator akan menganggur karna kemampuan operator merakit unit produk lebih cepat dari waktu yang diberikan customer. Sulit memprediksi seberapa banyak customer akan memesan suatu produk terhadap supplier. Permintaan customer yang menurun maka akan menaikan takt time dan sebaliknya permintaan customer naik maka takt time akan turun karna harus melakukan produksi lebih banyak untuk memenuhi permintaan. 

Kesimpulan
Kesimpulan merupakan pernyataan secara singkat mengenai keseluruhan pokok pembahasan yang disampaikan secara singkat sehingga mudah dipahami. Kesimpulan menjawab semua tujuan penulisan ilmiah yang ingin dicapai perusahaan.
1.    Proses perakitan drum brake tipe front pada PT. Braja Mukti Cakra melewati 10 stasiun kerja yang dimulai dari Proses di ST-10 dan berakhir di ST-100. Proses ST-10 disebut dengan proses loading station. Proses ST-20 yaitu proses automatic torque tightening station. Proses ST-30 bundy pipe assembly station. Proses ST-40 leak testing station. Proses ST-50 bundy clip assembly station. Proses ST-60 shoe assembly station. Proses ST-70 manual diameter setting station. Proses ST-80 final inspection station. Proses ST-90 automatic date code marking station Proses ST-100 unloading station.
2.    Waktu cycle time atau waktu siklus adalah waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit produk mulai dari awal proses sampai dengan proses akhir. Waktu siklus target produksi lini perakitan sebesar 120 detik/unit artinya target lini perakitan untuk memproduksi drum brake membutuhkan waktu 120 detik/unit. Takt time adalah waktu yang dibutuhkan supplier untuk membuat barang setiap harinya di bulan september adalah sebagai berikut. Tanggal 1 sebesar 280,2 detik/unit, tanggal 2 sebesar 278,4 detik/unit, tanggal 5 sebesar 220,8 detik/unit, tanggal 6 sebesar 280,2 detik/unit, tanggal 7 sebesar 220,8 detik/unit, tanggal 8 sebesar 300 detik/unit, tanggal 9 sebesar 390 detik/unit, tanggal 13 sebesar 300 detik/unit, tanggal 14 sebesar 220,8 detik/unit, tanggal 15 sebesar 280,2 detik/unit, tanggal 23 sebesar 390 detik/unit, tanggal 26 sebesar 233,4 detik/unit, tanggal 27 sebesar 300 detik/unit, tanggal 28 sebesar 210 detik/unit, tanggal 29 sebesar 210 detik/unit, tanggal 30 sebesar 156 detik/unit. Berdasarkan data yang telah diketahui keseimbangan lini proses perakitan dapat diketahui dengan membandingan nilai takt time dan cycle time sehingga diketahui apakah operator bekerja dengan normal, membutuhkan waktu lembur atau menganggur.
3.    Rata rata kecepatan waktu proses perakitan drum brake ST-10 loading station sebesar 63,35 detik/unit. ST-20 automatic torque tightening station sebesar 38,04 detik/unit. ST-30 bundy pipe assembly station sebesar 39,05 detik/unit. ST-40 leak testing station sebesar 81,62 detik/unit. ST-50 bundy clip assembly station sebesar 12,19 detik/unit. ST-60 shoe assembly station sebesar 86,55 detik/unit. ST-70 manual diameter setting station sebesar 31,44 detik/unit. ST-80 final inspection station sebesar 38,08 detik/unit. ST-90 automatic date code marking station sebesar 27,5 detik/unit. ST-100 unloading station sebesar 7,48 detik/unit.

Jumat, 26 Mei 2017

Contoh Kasus Penerapan atau Penggunaan Standar Teknik dan Manajemen

Judul: Analisis Penerapan Sistem Manajemen Mutu di Perusahaan Kontraktor (Studi Kasus Beberapa Perusahaan di Medan)
Kasus: Era globalisasi menyebabkan persaingan meningkat di seluruh bidang industri, dimana  perkembangan teknologi berlangsung semakin cepat dan menyebabkan persaingan bisnis menjadi sangat tajam baik dipasar domestik maupun di pasar global. Oleh karena itu banyak perusahan termasuk perusahaan kontraktor harus meningkatkan mutu pelayanan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan atau bagi masyarakat dengan menerapkan sistem manajemen mutu. Oleh karena itu diperlukanlah standar mutu internasional seperti ISO 9000. Standar mutu ini merupakan cara terbaik, termudah dan teraman untuk mencapai kesamaan mutu setiap negara, dan diharapkan dengan menerapkan Sistem manajemen mutu ISO 9000 dapat meningkatkan mutu pelayanan internal seperti lingkungan kerja yang kondusif dan pada akhirnya dapat meningkatkan kepuasan pelanggan eksternal. Kebutuhan perusahaan untuk meningkatkan mutu produk atau jasa serta kepuasan pelanggan semakin besar karena terbukanya perdagangan bebas dalam era globalisasi. Oleh karena itu perusahaan berusaha memenangkan persaingan dengan meningkatkan mutu produk atau jasa, sehingga dapat memberikan kepuasan pelanggan. 
Tujuan Penggunaan Standar Teknik dan Manajemen: Untuk meningkatkan mutu produk atau jasa perusahaan. ISO 9000 merupakan salah satu standar sistem manajemen mutu yang diakui dunia internasional dan bersifat global untuk berbagai bidang usaha. Selain dapat meningkatkan kemampuan bersaing, masih banyak manfaat dari perolehan sertifikasi ISO 9000 yang telah diteliti dan dipublikasikan. Para peneliti merekomendasikan keuntungan mendapatkan sertifikasi ISO antara lain memperoleh reputasi yang lebih baik, tingkat kesadaran akan perlunya menjaga kualitas, prosedur dan tanggung jawab menjadi lebih jelas dan terdokumentasi dengan lebih baik, menghilangkan pekerjaan yang tidak perlu, lebih mudah untuk ditelusuri dan dilakukan audit, pelayanan kepada pelanggan lebih baik, meningkatkan kepuasan pelanggan serta karyawan, melakukan peningkatan yang berkesinambungan, meningkatkan keuntungan, kesempatan untuk melakukan ekspansi dan seterusnya. Sekalipun banyak manfaat dari memperoleh sertifikasi ISO, tapi penerapannya pun memiliki banyak kendala baik dalam proses maupun setelah proses sertifikasi. 
Link Jurnal: http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jts/article/viewFile/6219/2632

3 Contoh Kasus Kontrak Kerja atau Kontrak Bisnis


Kasus Pertama
Judul: Kontrak Kerja Owner Terhadap Kontraktor (Studi Kasus: Perumahan Taman Mapanget Raya)
Kasus: Tahap pelaksanaan pekerjaan di lapangan yang masih saja sering mengalami kendala seperti kesalahan dalam penerapan kontrak kerja yang mengakibatkan proyek tidak berjalan sesuai dengan ekspetasi awal. Hal tersebut dapat disebabkan karena kelalaian ownwe maupun kontraktor dalam memenuhi  kewajiban dan tanggung jawab
Kasus Kedua
Judul: Perjanjian Investasi
Kasus: Mengikuti investasi melalui seseorang dan membuat surat perjanjian di atas materai 6000 yang berisi bahwa trader (orang tsb) wajib mentransfer profit sebesar 4% perhari. tetapi sampai sekarang sejak januari kemarin. Modal saya yg 10jt baru dtransfer 3,6jt dan alasan dan keadaan seakan menghindar telah ditunjukkannya. jika saya melapor kan kasus ini ke pengadilan. hukum apakah yang berlaku?
Solusi:
Yang bisa dilakukan adalah mengajukan gugatan wanprestasi kepada Pengadilan Negeri yang wilayahnya hukumnya mencakup domisili si trader sebagai tergugat. Dalam perdata tidak ada jeratan hukum badan, yang ada adalah upaya paksa bagi pihak yang dikalahkan untuk memberikan kerugian kepada pihak yang dimenangkan berdasarkan Putusan Pengadilan. Jeratan hukum badan terdapat dalam hukum pidana. Jika Anda ingin mengajukan upaya hukum pidana tentunya Anda harus membuat laporan kepolisian. Namun, berdasarkan uraian Anda, asumsi saya permasalahan Anda tidaklah murni pidana, bahkan mungkin cenderung murni perdata karena dalam masalah yang disampaikan dikatakan "dari investasi 10 jt baru ditransfer 3. 6 jt", ini berarti ada pengembalian uang yang diinvestasikan dan ini berarti tentang masalah  utang-piutang yang notabene masuk dalam ranah hukum perdata.
Link:https://zainulmuchlas.files.wordpress.com/2012/10/kasus-bisnis-tahun-2013.pdf

Kasus Ketiga
Judul: Penyelesaian Sengketa Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan Dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Kontruksi di PT. Tri Jaya Nasional
Kasus: Perselisihan yang diakibatkan karena adanya salah satu pihak yang melakukan wanprestasi apabila tidak segera diselesaikan dengan baik maka pengerjaan kontrusi akan tertunda bahkan terhenti, sehingga untuk mengantisipasi hal ini agar tidak terjadi maka diperlukan prosedur yang baik.
Link:www.e-jurnal.com/2014/01/penyelesaian-sengketa-keterlambatan.html